Kota Konstantinopel. Dalam perkembangan peradaban islam di Eropa dan Asia, Turki memiliki peran penting. Ketika dikuasai oleh Sultan Utsmaniyah atau Turki Ottoman, Negara Eurasia (Eropa dan Asia) itu menjadi pusat peradaban Islam yang maju antara abad ke-13 hingga abad ke-20.
Istanbul adalah kota terbesar yang ada di Turki namun bukan sebagai ibu kota negara tersebut. Semenjak Kekaisaran Ottoman, Istanbul memiliki 3.269 masjid dan menjadikannya salah satu kota terkemuka di dunia. Pada masa tersebut Instanbul bernama Konstantinopel.
Konstantinopel terletak di Semenanjung Bosporus, antara Balkan dan Anatolia serta penghubung Laut Hitam dan Laut Tengah melalui Selat Dardanela dan Laut Aegea dianggap penyebab bangsa Eropa datang ke Asia, terutama Indonesia.
Kota tersebut menjadi tempat transit rempah-rempah pertama di sekitar Laut Tengah yang menghubungkan barang-barang antara Eropa dan Asia dan telah menjadi ibu kota kekaisaran sejak tahun 330 M di bawah Kaisar Romawi Konstatinus Agung.
Penaklukan Kota Konstantinopel dilakukan oleh Turki Ottoman ketika dipimpin oleh Sultan Mehmed II atau biasa disebut dengan Muhammad Al Fatih. Mehmed II mewarisi takhta ayahnya menjadi sultan ketika masih berumur 19 tahun pada saat itu.
Pihak Eropa berasumsi bahwa penguasa muda tersebut tidak akan mengancam hegemoni Kristen di Balkan dan Laut Aegea. Bahkan bangsa Eropa sempat merayakan penobatan Mehmed II dan berharap sedikitnya pengalaman yang dimilikinya akan menyesatkan kekaisarannya.
Latar Belakang Penaklukan Konstantinopel
Latar belakang dari penaklukan yang dilaksanakan oleh Mehmed II yaitu:
- Dinasti Utsmani ingin menguasai kegiatan perdagangan internasional di kawasan Konstantinopel.
- Muhammad Al Fatih ingin meruntuhkan dominasi Byzantium Romawi Timur di kawasan Timur Tengah.
- Menegaskan kekuatan pengaruh Islam di dunia Internasional.
Penaklukan Konstantinopel 1453 dilakukan di darat, laut, dan bawah tanah. Pertempuran darat terjadi di sekitar benteng Konstantinopel. Sedangkan peperangan laut berlangsung di perairan Tanduk Emas. Selain itu, bagian bawah tanak dilaksanakan melalui penggalian terowongan dari pasukan Utsmani untuk meruntuhkan struktur benteng Konstantinopel.
Pengasaan Konstantinopel tak kunjung menunjukkan hasil positif selama berminggu-minggu. Pasukan muslim masih belum mampu meruntuhkan benteng Konstantinopel
Lima hari sebelum kota tersebut jatuh, Al-Fatih dan pasukan Utsmani menyerang secara habis-habisan dengan meriam dan panah. Konstantinopel akhirnya jatuh pada 29 Mei 1453 setelah dikepung selama 53 hari.
Ketika pasukannya berhasil mengepung Konstantinopel, Mehmed II menawakan syarat penyerahan kota tersebut dengan dua pilihan, yaitu berperang atau gencatan senjata. Namun, tawaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh Konstantin XI, Kaisar Romawi pada saat itu.
Lalu pada 11 April Al-Fatih memberi perintah kepada pasukannya untuk melanjutkan gempuran dengan meriam. Dinding kota Konstantinopel hancul secara perlahan akibat serangan tersebut. Pertempuran yang terus-menerus menyebabkan Kota Konstantinopel kebagisan logistik.
Pada buku Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah karya Ali Muhammad Ash-Shalabi tahun 2003, puncak dari penundukan Konstantinopel ketika Al-Fatih memindahkan kapal perang Utsmani dengan jalur darat untuk menghindari rantai-rantai bawah laut yang dipasang oleh Romawi.
Sekitar 70 kapal bisa memasuki wilayah selat Golden Horn dan melakukan serangan secara total ke jantung pertahanan Konstantinopel. Pada 29 Mei 1453, Al-Fatih bersama pasukan Utsmani dapat menaklukan Konstantinopel secara keseluruhan hanya dalam waktu semalam.
Setelah perang berakhir, Al-Fatih meminta pasukannya menaikkan bendera bintang dan bulan sabit di tembok Menara Theodosius dan Istana Blachernae. Dengan itu pula, Mehmed II menjadikan Konstantinopel sebagai ibu kota Ottoman yang baru, menggantikan Adrianople.
Dampak Dari Kemenangan Al-Fatih
Dalam buku Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern (2012) karya Wahjudi Djaja, keberhasilan pendudukan Konstantinopel oleh Al-Fatih dan pasukan Utsmani membawa dampak yang sangat besar bagi dunia internasional, yakni:
- Perdagangan internasional dunia yang berpusat di Konstantinopel dikuasai oleh Utsmani.
- Munculnya gerakan reformasi gereja, era renaisans, dan masa pencerahan di Eropa.
- Berakhirnya kekuasaan Romawi dan berakhirnya abad pertengahan di Eropa.
- Munculnya era penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa untuk mencari sumber dari komoditas perdagangan internasional.