Yuk Laksanakan Bisnis Yang Di Ridhoi Oleh Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

Yuk-Laksanakan-Bisnis-Yang-Di-Ridhoi-Oleh-Allah-SWT-dan-Nabi-Muhammad-SAW

Banyak cara yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan tetap, salah satunya berdagang. Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan umatnya untuk berbisnis (berdagang), karena berbisnis dapat menimbulkan kemandirian dan kesejahteraan bagi keluarga.

Namun, harus harus dicatat, bahwa kedudukan seorang pedagang dan wirausahawan yang begitu terhormat dapat dicapai, apabila pedagang tersebut adalah pedagang yang jujur, amanah dan terpercaya.

Rasul SAW bersabda: “Pedagang (pebisnis) yang jujur dan amanah ditempatkan Allah bersama Nabi, Syuhada, dan Sholihin (orang-orang yang shalih)”.

Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa kejujuran merupakan pilar paling penting bagi seorang pebisnis. Kejujuran merupakan piranti utama etika bisnis dalam Islam. Kesuksesam Nabi Muhammad dalam berbisnis jelas karena kejujuran yang dimilikinya. Hadits dibawah ini kembali menjelaskan pentingnya kejujuran dan etika bisnis lainnya dalam kegiatan bisnis.

Dari Mu’az bin Jabal, bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Sesungguhnya sebaik-baik usaha adalah usaha perdagangan yang apabila mereka berbicara tidak berdusta, jika berjanji tidak menyalahi, jika dipercaya tidak khianat, jika membeli tidak mencela produk, jika menjual tidak memuji-muji barang dagangan, jika berhutang tidak melambatkan pembayaran, jika memiliki piutang tidak mempersulit” (H.R.Baihaqi dan dikeluarkan oleh As-Ashbahani).

Dalam hadits yang lain, Nabi Muhammad dengan tegas mengatakan, “Barang siapa yang menipu, maka dia bukan termasuk kepada golongan kami”.

Larangan Nabi menggunakan sumpah palsu dalam berbisnis merupakan anjuran untuk menegakkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Betapa pentingnya akhlak kejujuran dan amanah, sehingga para ulama sepanjang sejarah menyimpukan bahwa sifat utama Nabi adalah shiddiq, amanah, tabligh, dan fatanah.

Kejujuran menempati urutan pertama. Hal ini menunjukkan bahwa kejujuran menjadi sifat terpenting bagi pebisnis, selanjutnya amanah (terpercaya, bertanggung jawab dan profesional). Berikunya tabligh yang berarti tranparansi dan komunikatif. Sedangkan kepintaran ditempatkan pada urutan keempat. Hal ini menunjukkan bahwa kejujuran dan amanah lebih utama dari hanya sekedar kepintaran.

Selanjutnya, Nabi Muhammad menekankan pentingnya sikap senang dan saling ridha antar para pihak yang terlibat dalam bisnis. Jangan sampai terjadi perasaan benci dan penyesalan antara kedua belah pihak, akibat salah satu pihak melakukan kecurangan, penipuan atau kezaliman.

Firman Allah, ”Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil, melainkan dengan perdagangan yang saling ridha di antara kamu (QS.4:29).

Kemudian, Nabi Muhammad juga mengajarkan konsep transaksi valas (sharf) yang sesuai syariah, pertukaran secara forward atau tidak spot (kontan) dilarang, karena sangat rawan kepada praktik riba fadhl.

Kemudian, untuk melahirkan kekuatan ekonomi umat di Madinah, Nabi melakukan sinergi dan integrasi potensi ummat Islam. Beliau integrasikan suku Aus dan Khazraj serta Muhajirin dan Anshar dalam bingkai ukhuwah yang kokoh untuk membangun kekuatan ekonomi umat. Muhajirin yang jatuh “miskin” karena hijrah dari Mekkah, mendapat bantuan yang signifikan dari kaum Anshar.

Kaum Muhajirin yang piawai dalam perdagangan bersatu (bersinergi) dengan kaum Anshar yang memiliki modal dan produktif dalam pertanian. Kaum Anshar yang sebelumnya merupakan produsen yang lemah menghadapi konglomerat Yahudi, kini mendapatkan hak yang wajar dan kehidupan yang lebih baik.

Kerjasama ekonomi tersebut membuahkan hasil gemilang dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi ummat. Akhirnya banyak kaum muslimin yang membayar zakat, berwaqaf dan berinfaq untuk kemajuan Islam.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *